Bila Anda Perlu Bantuan Hubungi Instalasi Psikogeriatri 0341426015 ext 1239 , 0341429067 ext 1239 UGD 0341423444 Helpline Service 0341424224
11 Mei, 2010
08 Mei, 2010
"Hampa" - Depresi di usia lanjut
Sangat mudah dipahami, bahwa depresi adalah masalah emosional yang amat sering dijumpai di usia lanjut. Sayangnya, ini acapkali dianggap sebagai fenomena normal, "bonus" proses penuaan, sehingga diabaikan penanganannya dan berujung pada kemunduran fungsi fisik, mental, dan sosial - kadang malah berakhir dengan bunuh diri.
Padahal dengan langkah-langkah sederhana sebetulnya depresi dapat diatasi.
Langkah 1 : kenali tanda-tandanya
Langkah 2 : diskusikan dengan tenaga profesional
Langkah 3 : jalani program penatalaksanaannya dan nikmati hidup !
28 Maret, 2010
DEPRESI
Depresi adalah masalah emosional yang sering dialami oleh warga usia lanjut...
Kenali tanda-tandanya pada diri Anda,
dan pada orang-orang yang Anda sayangi...
17 Maret, 2010
Instalasi Psikogeriatri RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat - Mimpi kami
Ijinkan kami - Instalasi Psikogeriatri RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang - membagikan apa yang menjadi mimpi besar kami :
MENYEDIAKAN PELAYANAN PSIKOGERIATRIK KELAS DUNIA DI TAHUN 2015.
Kami mempersepsikan 'pelayanan kelas dunia' sebagai suatu pelayanan yang memenuhi standar pelayanan tertentu (kami memilih 'Good Clinical Governance' sebagai azas pelayanan) dan dipelihara secara ajeg segala aspeknya tanpa ada yang terlewatkan.
Ini adalah apa yang telah kami miliki sejauh ini : sebuah tim solid yang menyediakan keterampilan (yang terus-menerus ditingkatkan) dan hatinya (yang terus-menerus diasah) untuk melayani para usia lanjut, beberapa fasilitas penunjang, dan komitmen pimpinan.
Dan ini adalah beberapa kegiatan yang kami lakukan, dirancang khusus sesuai kebutuhan dan kondisi pasien usia lanjut.
oh...no...time is up...
besok aja kami cerita tentang mimpi kami ya...
Salam...
12 Februari, 2010
Lansia Terlatar Dapat Tunjangan
Berlaku Mulai 2011
Jakarta- Pemerintah terus merancang kebijakan yang memihak rakyat miskin. Kali ini kementerian sosial akan memberikan tunjangan seumur hidup kepada para lanjut usia (lansia) yang terlantar di Indonesia. Besaran tunjungan Rp 300 ribu perbulan dan berlaku mulai 2011.
"Tunjangan itu akan diberikan sampai hayatnya" ujar Dirjen Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Makmur Sunusi kemarin (10/2). Hal itu sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2008 yang enyebutkan populasi lanjut usia di indonesia 19,5 juta jiwa. Dari jumlah itu sekitar 1,6 juta jiwa atau 8,2 persen terlantar dan dalam keadaan miskin.
Karena itu pemerintah merancang program bernama jaminan sosial lanjut usia (JSLU). Saat ini program itu masuk tahun kelima sebagai proyek percontohan di 28 provinsi dengan total lansia 10 ribu jiwa.
Makmur mengatakan , pada 2011 program ini dijadikan program nasional, serupa dengan bantuan langsung tunai (BLT). Bedanya para lansia tidak perlu repot mendatangi kantor pos. Petugas poslah yang akan mengantarkan langsung antuan ke rumah lansia yang diberi stiker khusus.
Saat ini, kata Makmur, yang perlu digalakkan adalah Sharing budget antara pemerintah pemerintah pusat dan daerah untuk menunjang program ini. Pada 2010, ujarnya, Kemensos mulai memantau provinsi mana saja yang menganggarkan pendampingan program JLSU dalam APBD-nya. "Provinsi yang memasukkan JLSU dalam APBD akan diprioritaskan pada JLSU 2011," kata dia.
Berdasar penelitian Kemensos, pelaksanaan program ini masih menemui kendala dan hambatan di beberapa daerah. Di Jawa Barat, misalnya, program ini terkendala urusan koordinasi, monitoring, dan evaluasi. Di banten kualitas fasiltator program yang belum sepenuhnya mengerti tugas pokok dan fungsinya, menjadi masalah tersendiri. Disadur dari Harian Jawa Pos Tanggal 11 Februari 2010.
04 Februari, 2010
Antara 'Dinosaurus' dan 'Anak ingusan' : Generation Gap yang harus dijembatani
Kakek (sambil baca koran) : "Windows Vista itu apa sih?"
Cucu : "Itu salah satu operating system buat komputer,Kek.."
Kakek: "Oalah.. Itu ditaruhnya di sebelah mana sih di komputer?"
Cucu (sambil terburu-buru mengenakan sepatu karena akan berangkat kuliah): "Ya di dalam sistemnya to Kek.. ndak keliatan dari luar.."
Kakek: "Gunanya buat apa sih?"
Cucu: "Waduh..panjang penjelasannya Kek..aku buru-buru... Kakek baca majalah komputerku yang ada di meja itu aja ya.."
Kakek: "Lha wong bahasanya di majalahmu itu kaya bahasa planet gitu, Kakek ya ndak mudheng..."
Cucu (sambil ngeloyor pergi, membayangkan kakeknya seperti dinosaurus karena berasal dari masa lalu dan tidak mengerti kemajuan teknologi): "Ya belajar to Kek...nanti lama-lama juga ngerti...hare geneee....gaptek..? Enggak banget!"
Kakek (jengkel karena mendengar sebagian kata-kata cucunya yang diucapkan dengan cukup keras) : "Huh..anak ingusan, sombong amat! Dulu kamu masih pakai popok kakek ini sudah jadi kepala sekolah!"
Pembicaraan semacam itu cukup sering terdengar dalam keluarga multi-generasi. Kakek yang merasa sudah kenyang makan asam-garam kehidupan dan berkedudukan sebagai 'tetua' dirumah itu merasa putus asa karena tak dapat memahami berbagai hal yang terkait dengan kemajuan zaman, seperti teknologi informasi, komunikasi, dan sebagainya. Ia juga merasa sangat jengkel karena cucunya - yang baru mulai mencicipi bangku kuliah dan dianggapnya sebagai anak ingusan - tidak punya cukup waktu untuk menjelaskan tentang hal ini. Belum lagi nada bicara sang cucu yang kadang terdengar melecehkan di telinganya. Kekesalan dan keputusasaan yang tak terhindarkan ini makin lama makin membukit di hati sang kakek, dan membuatnya jatuh dalam keadaan depresi. Ditambah gangguan emosional karena demensia ("pikun") yang mulai dialaminya, maka makin lama kakek ini makin mudah marah dan tersinggung (irritable).
Seperti lingkaran setan, maka sang cucu makin lama makin enggan berkomunikasi dengan kakeknya.
Di tempat kerjapun generation gap ini kerap menjadi masalah besar. Seorang manajer baru dan brilian yang kebetulan fresh-graduate dari perguruan tinggi luar negeri mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan staf lama yang berusia lebih tua dan berpendidikan lebih rendah. Di satu sisi ada penolakan dari diri staf tersebut atas posisi 'anak ingusan' yang menjadi atasannya, karena ia merasa lebih berpengalaman di divisi tersebut. Di sisi lain sang manajer sangat tidak sabaran atas kinerja 'dinosaurus' yang menjadi anak buahnya, yang dinilainya lambat dan memakai pola yang sudah out of date.
Bukan hanya dalam hal ilmu pengetahuan, berbagai hal dapat menjadi pemicu keributan dalam generation gap (kesenjangan antar generasi) ini. Mulai mode, jenis makanan, acara televisi, lagu, bahasa, norma, dan masih banyak lagi.
Tentu dibutuhkan kemampuan komunikasi yang memadai untuk menjembataninya, dan itu dapat diterjemahkan secara sederhana dalam beberapa tips di bawah ini (diambil dari berbagai sumber), yang dapat dicoba -baik oleh "sang dinosaurus" maupun "si anak ingusan" - untuk menjembatani gap yang ada tersebut, agar kehidupan-lintas-generasi dapat dijalani dengan lebih nyaman..
- Bicaralah dengan 'bahasa' mereka. Baca apa yang mereka baca, dengarkan musik yang mereka dengarkan. Tidak perlu terlalu detil, cukup agar kita tidak memandang mereka seolah-olah mereka penumpang UFO yang sedang membicarakan planet asalnya.
- Amati apa yang mereka lakukan, lalu sebisa mungkin libatkan diri sesekali. Bila aktivitasnya di luar jangkauan kemampuan fisik kita, kehadiran kitapun sudah cukup untuk menunjukkan perhatian kita.
- Tahan diri untuk tidak cepat mengkritik. Dengarkan sampai selesai apa yang dibicarakan oleh lawan bicara, sehingga mereka tahu bahwa akan ada waktunya mereka mendengarkan apa yang kita bicarakan.
- Carilah suatu aktivitas ringan yang dapat dinikmati bersama, seperti jalan ke mall, memancing, mengunjungi toko buku, atau sekedar ngobrol sambil menikmati es krim di kedai es krim dekat rumah. Saat-saat ini dapat memberikan pemahaman baru bagi kita tentang diri mereka, yang selama ini terlewatkan karena tiadanya waktu yang diluangkan bersama.
- Minta pendapat mereka tentang suatu pilihan yang kita buat ("Baju hijau ini cocok enggak buat dipakai sekarang ya Kek?")
- Berikan apresiasi untuk apa yang mereka lakukan ("Wah..ibumu cerita bahwa kau menemaninya berbelanja hari ini,dan dia senang sekali!")
Masih banyak lagi cara dan kesempatan yang dapat diciptakan untuk saling mendekatkan diri satu sama lain.
Pilih cara yang menyenangkan,
dan nikmati kegembiraan yang mewarnai hari-hari di rumah dan tempat kerja Anda!
01 Februari, 2010
Jangan tunda!
Kalau kita menunda,
untuk katakan cinta
kepada siapapun yang kita cintai - kekasih, orang tua, anak, nenek, kakek, sahabat, dan sebagainya - bisa jadi kita akan menyesal
karena tidak sempat mengatakannya..
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi setelah tarikan nafas kita yang sekarang ini,
jadi jangan tunda,
untuk ungkapkan cinta,
melalui kata, tatapan mata, genggaman tangan, anggukan,
atau bahkan sekilas senyum samar..
27 Januari, 2010
Kerang
"SHELL”
Downey House-Glenside Hospital-Adelaide-South Australia
diterjemahkan bebas oleh Widyastuti & Yuniar
(Dari kami, keluarga pasien usia lanjut, kepada semua yang merawat dan memberikan kasih sayangnya selalu bagi mereka)
Saat memunguti kulit kerang di pantai hari ini,
kutemukan pecahan dari sesuatu
- yang dulunya pastilah sebentuk kerang besar
yang indah dan sempurna -
SISA DARI SEBUAH MAHAKARYA
Saat memegangya dengan lembut,
aku berusaha membayangkan pecahan tersebut sebagai sesuatu yang utuh,
"pada saat terbaiknya, sebelum dirusak oleh waktu dan laut yang bergelora,
pastilah ia makhluk yang anggun, contoh terbaik dari spesiesnya"
yang sebelum digerogoti usia dan penyakit degeneratif,
adalah salah satu contoh terbaik dari spesies kita..
Kami - keluarga yang mengenang beliau sebagai sosok yang cemerlang, ramah, dan menyenangkan pada saat terbaiknya -
sangat berterimakasih
apabila Anda semua - yang hanya melihat 'pecahan' yang tersisa dari dirinya -
menggenggamnya dengan lembut
sebagai sebuah kulit kerang
yang dulunya amatlah indah..
Pelajaran dari sebuah mangkuk kayu
(Terimakasih untuk kiriman naskah indah ini, kepada Dr. MA Widyastuti,SpKJ dan siapapun yang telah membagikannya) Seorang kakek yang lemah pindah ke rumah milik anak lelakinya yang bernama John. Di rumah itu tinggal pula istri John - Mary - dan anaknya Tim yang berusia empat tahun. Tangan kakek itu senantiasa gemetaran, pandangannya sudah lamur, dan langkahnya kikuk. Setiap malam mereka makan bersama di meja makan, namun acara yang seharusnya menyenangkan tersebut selalu terusik karena tangan sang kakek yang gemetaran dan pandangannya yang kabur. Kacang jatuh berhamburan dari sendoknya ke lantai. Bila ia hendak minum, gerakan tangannya yang kikuk membuat susu tertumpah dari gelas dan membasahi taplak meja. John dan Mary menjadi kesal dengan kekacauan tersebut. "Kita harus melakukan sesuatu agar kejadian ini tak terulang setiap hari", kata John , "Aku bosan dengan segala keributan saat makan malam, dan makanan yang berhamburan di mana-mana". Maka diletakkanlah sebuat meja kecil di sudut ruang makan, dan makanan untuk sang kakek diletakkan di sana. Selama beberapa hari kemudian, sang kakek makan malam dengan diam di meja kecilnya, sementara John dan keluarga menikmati makan malam yang 'normal' di meja makan utama. Karena beberapa kali sang kakek memecahkan piring atau mangkuk kaca, maka disediakanlah sebuah mangkuk kayu untuk wadah makan malamnya. Ia tetap memakan makanan itu, walau sesekali air mata menetes menuruni pipinya, terutama saat kata-kata tajam dari John atau Mary terdengar bila ia menjatuhkan sendok tanpa sengaja.. Si kecil Tim mengamati segala kejadian ini dalam diam. Suatu malam John melihat Tim sibuk dengan pisau kecilnya. Ia berusaha mengukir potongan kayu yang ditemukannya di gudang.. "Aku sedang membuat dua buah mangkuk kayu, untukmu dan Mama di saat kalian tua nanti, seperti wadah makanan yang kalian berikan untuk Kakek", Tim menjawab dengan tenang sambil terus melanjutkan pekerjaannya. Jawaban tersebut menyentakkan John & Mary. Pandangan mereka mengabur oleh genangan air yang tiba-tiba membasahi pelupuk mata, sementara mulut mereka terkunci dan lidah terasa kelu. Selanjutnya mereka memutuskan untuk menyingkirkan meja kecil dan mangkuk kayu dari ruang makan, dan mengajak sang kakek untuk kembali menikmati makan malam bersama seluruh anggota keluarga di meja makan utama. Makanan yang berhamburan atau tumpahan susu tidak lagi menjadi masalah, bahkan kadang menjadi bahan candaan yang menghangatkan suasana makan malam mereka. Banyak hal bisa dipelajari dari sini:
Masih banyak lagi yang dapat dipelajari, dan pelajaran terbesarnya adalah: KITA DAPAT BELAJAR SETIAP SAAT DALAM HIDUP KITA, DARI KEJADIAN APAPUN, DARI SIAPAPUN, DARI BENDA APAPUN.. | ||||
i | |
23 Januari, 2010
Kirimkan pesan cinta untuk diri sendiri
Banyak sekali lagu bertemakan cinta antar insan. Berbagai ungkapan puitis ("..love me tender,love me sweet.."), mengharu biru ("cinta, jangan kau pergi, jangan tinggalkan diriku sendiri..."), realistis dan agak egois ("please release me,let me go...for I don't love you anymore.."), dan masih banyak lagi jenisnya, menggelitik pendengaran kita dari waktu ke waktu.
Di antara begitu banyak tembang cantik tentang cinta, hanya satu yang berbicara tentang cinta kepada diri sendiri, yaitu "Greatest Love of All". Liriknya begitu indah dan sekaligus menyimpan makna terdalam tentang cinta: "Learning to love yourself, is the greatest love of all" (belajar mencintai dirimu sendiri, adalah cinta yang ter-agung di antara segalanya).
Kita seringkali lupa - atau bahkan tidak pernah ingat - bahwa jiwa dan raga kita ini diciptakan untuk dijaga dan dicintai, sehingga dapat menjalankan tugas yang diberikan oleh-Nya. Kita bekerja hingga larut malam untuk memperoleh harta. Kita makan segala jenis makanan yang dapat terbeli dengan uang kita, tanpa peduli kandungan bahan berbahaya yang ada di dalamnya. Kita mengutuki diri bila tak berhasil mencapai target yang diharapkan. Kita menambah musuh dengan memarahi anak buah yang tidak bekerja dengan baik. Kita melupakan hobi memancing yang memberikan ketenangan di sela kesibukan kita... Masih banyak lagi...dan akhirnya kita terjatuh dalam kelelahan fisik dan mental yang sangat berat, digerogoti berbagai macam penyakit, tak lagi produktif, dan bahkan menjadi tergantung kepada perawatan dari orang lain. Mulailah kirimkan pesan cinta kepada diri sendiri sejak saat ini!
- Memakan makanan sesuai kebutuhan,
- Olah raga teratur,
- Menikmati waktu luang tanpa memikirkan target-target,
- Memuji diri sendiri untuk setiap keberhasilan yang kita raih,
- Belajar mengkomunikasikan keinginan tanpa menyakiti sesama,
- Melatih kemampuan diri dengan cara yang menyenangkan,
- Tertawa,
- Saling berkunjung,
- Dan masih banyak lagi..
22 Januari, 2010
Kekuatan kita sering tak terduga!
21 Januari, 2010
“Nabung Memori” yuk!
Cucu: “Sudah makan Nek?”
Nenek: “Belum!”
Cucu: “Bu..Nenek belum makan?”
Ibu: “Loh, barusan kan sudah makan Nek? Piringnya baruuu aja diberesin..”
Nenek: “Belum!!! Orang sudah tua gini kok gak diurusi!!! Anak macam apa kau ini!!!”
Selanjutnya sang cucu bingung, sang nenek marah, dan sang ibu sedih….
Kejadian semacam ini terjadi berulang kali pada keluarga yang masih berkesempatan didampingi oleh nenek tersebut. Ibu yang berusaha melayani nenek dengan sepenuh hati lama-kelamaan jadi lelah secara fisik dan mental. Lelah fisik karena banyak sekali keinginan nenek yang harus dipenuhi sepanjang hari di samping pekerjaan rumah tangga yang tak boleh pula dilalaikan. Lelah mental karena merasa jerih payahnya tak dihargai, masih ditambah rasa malu yang harus ditanggungnya bila sang nenek mulai berteriak-teriak memaki-maki sehingga terdengar ke seluruh penjuru kampung.
Gangguan daya ingat jangka pendek adalah tanda yang khas pada penyandang kepikunan (demensia). Tak dapat mengingat lagi apa yang terjadi beberapa menit sebelumnya, membuat sang nenek marah-marah sepanjang hari. Gangguan irama tidur yang seperti kelelawar – tidur sedikit di siang hari, dan terjaga sepanjang malam –menambah rumit persoalan, dan membuatnya jatuh sakit karena kelelahan (exhausted).
Seluruh anggota keluarga yang mencintai nenek ini dan berusaha membuatnya senang selalu, akhirnya juga mengalami burnout, terkuras seluruh energi fisik dan mentalnya, sehingga akhirnya tak lagi dapat memberikan pendampingan yang ideal buat sang nenek…bagaimana bisa mendampingi seorang lanjut usia, kalau kita sendiri sudah tak mampu menahan marah mendengar makiannya yang nyaring setiap saat?...
Yang sangat perlu diketahui : daya ingat jangka panjang mengkristal pada penyandang kepikunan. Memori-memori yang berasal jauh dari masa kanak dan remaja tetap tersimpan dengan rapi dan nyaris tak tergerus oleh waktu. Itu sebabnya banyak penyandang kepikunan yang berperilaku seperti kanak-kanak, atau tetap mengenakan seragam kerja setiap pagi walaupun sudah pensiun beberapa tahun sebelumnya.
So…yuk nabung memori selagi masih mampu, biar di usia lanjut kelak kita tinggal memetik bunganya!
Senam otak, menghafalkan lirik lagu atau ayat-ayat kitab suci, olah raga yang menyenangkan, menjalin banyak relasi sosial, main puzzle, isi teka-teki silang, hafalkan ultah teman, hafalkan nomor rekening kita, main Sudoku...
… temukan berbagai cara yang asyik buat memenuhi pundi-pundi memori kita!
20 Januari, 2010
Tetaplah kemilau di usia senja
Waktu tak pernah berhenti bergerak...
Ia membawa pergi semua tanda kemudaan manusia.
Hitamnya rambut pasti memudar,
padatnya tulang pasti mengeropos,
tajamnya pendengaran pasti akan berkurang, gigi geligi yang kuat pasti akan goyang, penglihatan akan menjadi lamur pada waktunya,
langkah kaki akan tertatih,
daya ingat pasti mengabur..
Namun jangan risau, karena usia membawa kekuatan lain,
kearifan,
hubungan sosial yang luas,
rasa hormat dari anak cucu,
akan membuat kita tetap kemilau di usia senja,
seperti indahnya mentari yang tak pudar di penghujung hari...
Usia lanjut di panti wredha : masihkah tabu?
(Curahan hati seorang ibu berusia lanjut, dibagikan di blog ini untuk kita renungkan..)
Saat semua yang kucintai - anak, pasangan, cucu, adik, orang tua - tak lagi dapat tinggal bersamaku, anganku berkelana mencari suatu tempat yang nyaman..
...di mana usia penghuninya sebaya,
...di mana lagu-lagu oldies yang dimainkan dapat dinikmati bersama,
...di mana kenangan tentang sebuah gedung bioskop tua dapat dibagi bersama,
...di mana kepikunan tak menjadi bahan cemooh,
...di mana pengetahuan akan teknologi canggih tak menjadi kebutuhan utama,
...di mana keheningan terasa sebagai alunan musik yang menenangkan,
...di mana makanan yang tersedia sesuai untuk gigi geligi yang tak lagi lengkap,
... di mana semua fasilitas disesuaikan dengan kondisi fisik penghuninya,
..lalu terpikir suatu tempat: panti wredha!
Segera kutelepon anakku yang berada beratus kilometer jauhnya, untuk menceriterakan ide ini dengan antusias.
Namun jawabannya diungkapkan dengan kengerian luar biasa: "Apa???? .... Panti Wredha? Ibu ingin membuat semua orang berpikir bahwa aku anak durhaka yang membuang ibunya yang sudah jompo? Jangan pernah ceritakan lagi ide itu kepadaku, Bu!"
Aku jadi bingung, apa yang salah dengan keinginan seorang usia lanjut untuk tinggal di panti wredha?
Itu keinginanku, aku tahu tempat itu sesuai untukku, karena aku memahami diriku, jauh melebihi pemahaman orang lain tentang diriku.
Lidahku kelu, hanya mampu berbisik dalam hati,
"Setidaknya, biarkan aku mencobanya Nak.. Ketidakmengertian semacam inilah yang sering mengacaukan hubungan kita akhir-akhir ini, dan itu membuatku lelah..
Aku ingin kita menikmati dengan tenteram apa yang sesuai dengan diri kita masing-masing, lalu sesekali bertemu dengan suasana hati yang sejuk dalam keterbatasan waktumu yang cuma sedikit itu..
Aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini, aku hanya perlu suatu tempat untuk membuatku tenang.."