12 Februari, 2014

"Duuuh...gimana sih caranya ngomong sama Ayah saya ini?! "

"Melihat Ayah saya baca koran dengan tenang gitu rasanya saya ikut merasa tenang. Kalau korannya habis, dan beliau mulai ingin ngobrol dengan saya, biasanya saya mulai stres, habis sekarang rasanya susah banget ngobrol dengan beliau...percakapan yang tadinya normal jadi mbulet, dan kadang berujung marah-marahan..."


Mengkomunikasikan keinginan, perasaan, dan sebagainya adalah salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia, tak terkecuali ODD (Orang Dengan Demensia). Namun seringkali caregiver / pendamping ODD merasa lelah membangun komunikasi ini, karena dirasakan membutuhkan lebih banyak energi sementara tujuan komunikasinya sendiri belum tentu tercapai.

Apalagi kalau kita mempersepsikan 'komunikasi' sebagai 'percakapan', sementara sebenarnya sebagian besar komunikasi justru terletak pada aktivitas non verbal : kontak mata, gerak tubuh, sentuhan, ekspresi wajah, dan sebagainya.
Komunikasi non verbal terutama penting apabila ODD mengalami gangguan keterampilan berbahasa, sehingga mereka mengkomunikasikan sesuatu melalui perilaku yang buat pendampingnya tempak sebagai 'perilaku bermasalah' (lihat posting terdahulu yaaa..).



Gangguan 'Naming'
Gangguan berbahasa bisa bermacam-macam jenisnya, tapi biasanya diawali dengan gangguan aspek naming -  kesulitan menemukan nama suatu benda atau orang, walaupun mereka ingat detailnya. 

Selanjutnya mungkin ODD menggunakan istilah yang aneh ('bahasa planet'), atau menggantinya dengan kata lain yang kebetulan mampir di ingatannya, atau sama sekali membisu.

Dan jangan pula abaikan kemungkinan lain yang menyebabkan kesulitan komunikasi verbal, misalnya nyeri, efek samping obat, gangguan kesadaran, dan sebagainya. Jadi, yang pertamakali harus dilakukan tentu berkonsultasi dengan dokter. 



Karena komunikasi ini bisa membuat ODD dan orang-orang di sekitarnya frustrasi, ada baiknya kita coba beberapa tips di bawah ini untuk berkomunikasi dengan ODD.


1. Sebelum Berkomunikasi

  • Sebisa mungkin, usahakan untuk tenang, supaya kita bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari mulut kita
  • Pertimbangkan masak-masak manfaat dari komunikasi yang akan kita lakukan, dan apa tujuan komunikasi tersebut (sekedar menginformasikan sesuatu kepada ODD, atau mengajak ODD melakukan sesuatu, dan sebagainya)
  • Pastikan bahwa ODD memperhatikan kita, dan perhatian kita juga terarah kepadanya (jangan bicara sambil lalu dengan ODD kalau kita menginginkan perhatiannya yang penuh)
  • Pastikan bahwa ODD bisa melihat kita dengan jelas
  • Minimalkan kebisingan lingkungan (suara TV, radio, percakapan lain, kendaraan yang lewat, dan sebagainya)



2. Ketika Berkomunikasi
temukan sisi humornya,
dan tertawalah bersama mereka !

  • Bicaralah dengan tenang dan jelas 
  • Usahakan bicara lebih lambat, dan memberi jeda antar kalimat, agar ODD sempat memproses informasi dan memberikan respon. Walaupun mungkin terasa agak aneh, tapi ini akan mendukung ODD untuk terus berkomunikasi dengan kita
  • Hindari kata-kata yang tajam, teriakan, atau bentakan. Mungkin mereka tidak paham kata-kata kita, tapi mereka membaca dan merekam bahasa non verbalnya : 'orang ini marah kepadaku!'
  • Gunakan kalimat pendek dan sederhana
  • Jangan bicara kepada mereka seperti bicara kepada anak kecil, tetap hormati mereka
  • Humor bisa mendekatkan kita kepada mereka, dan mengurangi ketegangan yang ada. Kalau ada kesalahpahaman, atau salah tangkap informasi, jadikan itu sebagai bahan guyonan, dan tertawalah bersama mereka (tertawa bersama, bukan mentertawakan)
  • Usahakan untuk sesering mungkin melibatkan ODD dalam percakapan bersama orang-orang lain, agar mereka tetap merasa menjadi individu yang merupakan bagian dari suatu lingkungan sosial.


3. Apa yang harus dikatakan

  • Hindari banyak pertanyaan sekaligus dalam waktu yang sama. ODD bisa frustrasi kalau mereka tidak berhasil menemukan jawabannya. Berikan pertanyaan satu persatu dan usahakan dalam bentuk pertanyaan tertutup, di mana mereka hanya perlu menjawab 'ya' atau 'tidak'
  • Kalau ODD harus memilih, jangan berikan terlalu banyak opsi, seperti misalnya "Bapak mau makan pecel, atau rawon, atau soto, atau bubur ayam?" :)
  • Jika ODD tidak paham kalimat atau pertanyaan kita, usahakan untuk mengajukannya lagi dengan kalimat yang berbeda, jangan mengulang-ulang kalimat yang sama

Apapun hasilnya,
nikmati kedekatan dengan ODD
dalam proses komunikasi
  • Dalam stadium lanjut, acapkali ODD tidak lagi bisa memahami mana yang ada di dunia nyata dan mana yang hanya berada dalam pikiran mereka sendiri. Jangan berusaha mendebat mereka. Usahakan saja mengarahkan pembicaraan ke realitas. Dan kalaupun tidak berhasil, nikmati saja prosesnya dan koneksi yang terjalin, tidak perlu terlalu fokus pada realitas. Coba pahami mengapa mereka melakukan itu.









4. Mendengarkan

Mendengarkan = menghadirkan diri sepenuhnya
  • Mendengarkan tidak sama dengan mendengar. Kita bisa mendengar sesuatu tanpa sengaja atau sambil lalu, namun untuk bisa mendengarkan kita harus menyediakan waktu dan mengarahkan perhatian kita sepenuhnya kepada orang yang kita dengarkan - dalam hal ini ODD. Memperhatikan sepenuhnya dan memberikan dorongan agar mereka terus berkomunikasi dengan kita, itulah inti dari 'mendengarkan'
  • Bila ada kata-kata mereka yang tidak kita pahami, kita bisa meminta mereka mengatakannya dengan cara lain dan membaca 'clue'-nya. Perhatikan juga emosi mereka saat berkata-kata.
  • Karena gangguan daya ingatnya, mungkin mereka akan mengatakan hal-hal yang tidak benar (misalnya mengatakan bahwa sudah makan, padahal belum). Dalam hal ini kita tetap tidak perlu mengajaknya berdebat, namun harus berusaha mencari informasi pendukung yang lain (misalnya dari pendampingnya) dan memperatikan kesesuaian pernyataannya dengan kondisi fisiknya (cari tanda-tanda dehidrasi, misalnya)

5. Bahasa Tubuh

Pelukan hangat dan senyum lebar : komunikasi tanpa kata
  • Jangan sepelekan bahasa tubuh. ODD bisa 'membaca' hal ini dengan cukup baik. Perubahan ekspresi wajah kita, peninggian suara kita, posisi tubuh kita, dan sebagainya, akan terbaca oleh mereka.
  • Tetap hormati 'personal space' (wilayah pribadi) mereka. Jangan terlalu dekat ketika berbicara, karena itu akan membuat mereka merasa terintimidasi. Jangan pula terlalu jauh sehingga kita tidak berada dalam jarak pandang mereka, karena itu akan membuat mereka merasa tidak aman.
  • Sentuhan , pelukan, tepukan ringan, dan sebagainya - sepanjang sesuai dengan norma yang dianut oleh ODD - akan sangat membantu menumbuhkan kedekatan dengan mereka.
  • Senantiasa jaga agar kita melakukan kontak mata, dengan ketinggian mata yang kira-kira sejajar.
  • Perhatikan juga bahasa tubuh yang mereka gunakan, dan usahakan mencari artinya. Bahkan kediaman merekapun merupakan bahasa yang harus kita pahami artinya.

Selamat mencoba, 
dan silakan membagikan pengalaman Anda,
karena mungkin akan bermanfaat bagi para Pendamping ODD yang lain...

    05 Februari, 2014

    Scatolia - Istilah Cantik untuk Perilaku yang 'Menantang'

    Ibu Anne , seorang mantan guru yang dulunya mengajarkan etiket bagi para istri calon perwira angkatan laut dan kini mengalami Demensia, memberikan kami pengalaman dengan perilakunya yang 'menantang'. Dia mengambil kotoran dari pampersnya, menggambari tembok dengan kotorannya, dan - kadang - memakannya.

    Melihat latar belakangnya, tentu beliau akan sangat sedih bila menyadari perilakunya tersebut. Dari sini kita mendapat pelajaran yang sangat berharga, tentang betapa hebatnya Demensia merenggut daya ingat dan daya nilai seseorang, sehingga orang tersebut menjadi orang yang benar-benar 'baru'.

    Bermain-main dengan kotoran dan mengoleskannya di mana-mana disebut 'Scatolia' - kadang disebut juga 'finger painting' atau menggambar dengan jari :D . Sementara memakan kotoran disebut 'Coprophagia'.

    Kedua perilaku tersebut seringkali membuat pendamping Orang Dengan Demensia (ODD) marah, lelah, dan khawatir. Dan ini sangat bisa dipahami. 
    Lalu untuk ODD sendiripun, kedua perilaku ini juga berpotensi menimbulkan gangguan di saluran cerna (mulai mulut hingga anus), infeksi kronis di kulit (karena bisa menimbulkan infeksi pada luka-luka kecil di kulit sensitif mereka), radang kelenjar ludah, infeksi saluran kencing, sumbatan jalan nafas, Hepatitis A, dan sebagainya.

    Penyebab pasti kedua masalah ini pada ODD juga belum diketahui secara pasti, walaupun diperkirakan gangguan pengendalian perilaku akibat masalah pada otak memegang peran penting di sini. 

    Beberapa pasien mengalami pengurangan Scatolia dan Coprophagia dengan penatalaksanaan pruritus ani (gatal di daerah anus), konstipasi (sembelit), depresi, gangguan kognitif berat, dan kekurangan zat gizi tertentu (misalnya kekurangan zat besi, dll). Jadi hal-hal  di atas ini juga harus dicari pada ODD yang menunjukkan kedua perilaku tersebut.

    Oh ya, nyeri juga harus dievaluasi! Bisa jadi sebenarnya mereka sedang berusaha 'melaporkan' tentang nyeri melalui perilakunya tersebut.

    Setelah dievaluasi dan diberi resep oleh dokter, yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin membuat para ODD ini 'sibuk' sepanjang waktu di luar saat tidurnya. Tidak perlu memikirkan hal yang rumit.....cukup dengan misalnya :

    • memberikan setumpuk handuk atau pakaian untuk dilipat (lalu nanti setelah dilipat, kita bawa tumpukan itu pergi, dan dibawa kembali dalam kondisi tidak terlipat, dan kita minta mereka untuk melipat 'tumpukan cucian baru', dst), 
    • memberikan potongan kertas warna-warni yang harus dikelompokkan sesuai warna, 
    • memberikan puzzle sederhana, dan sebagainya.


    Ada satu lagi yang bisa kita coba:
    "Busy Apron" - 
    Celemek Sibuk :D
    Celemek ini ditempeli apapun yang bisa sepanjang waktu menyibukkan kedua tangan ODD : kancing jepret, tali sepatu, ritsleting, boneka2 kecil yang lembut, kancing kemeja, dll.





















    Semoga tulisan ini membantu yaaaa....

    Sekali lagi,
    semua perilaku menantang yang terjadi pada ODD itu di luar kendali mereka,
    di luar kemauan mereka...
    Mereka cuma ingin mengkomunikasikan apa yang dirasa,
    kepada kita...