Di manakah tempat paling
nyaman untuk menikmati hari tua?
Warga Senior pasti serempak menjawab ‘rumah !’ –tempat yang aman, nyaman, dan lekat di hati,di mana orang-orang yang dikenal berada
dan bercengkerama.
Lalu, di siang hari,
saat semua anggota keluarga lain menjalankan aktivitas masing-masing,
di manakah Warga Senior ingin menikmati siang harinya,
bersama siapa, melakukan apa?
Jawabnya pasti tetap ,
‘di rumah, bersama orang-orang yang dikenal,
dan melakukan apa saja yang saya suka’
Tapi anggota keluarga yang lain biasanya cemas,
kalau harus meninggalkan orangtuanya yang berusia lanjut sendirian
atau dijaga oleh pramurukti baru di rumah,
sementara mereka tidak mungkin terus menerus berada di rumah,
karena mereka punya keluarga yang nafkahnya harus dicukupi,
punya cita-cita yang harus diraih dengan pendidikan tinggi,
dan sebagainya.
Nah lo...trus gimana? :)
Selama ini salah satu mimpi kami adalah melihat para Eyang ini menikmati hari tuanya dengan nyaman di masyarakat, bicara dengan teman-teman sebayanya tentang topik yang 'nyambung', melakukan aktivitas bersama, pokoknya kehidupan yang menyenangkan buat beliau-beliau ini.
Makanya kami pengen punya 'kampung pensiunan' (retirement village).
Kami masih terus memimpikannya, dan sedang berusaha mewujudkannya.
Di sisi lain,
konsep yang terus diperjuangkan di seluruh penjuru dunia saat ini adalah 'Ageing in Place'... di mana warga senior menikmati senjanya di tempat di mana mereka 'tumbuh dan berakar', karena itu sangat nyaman untuk mereka.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tidaklah selalu mudah untuk warga senior, jadi 'pulang' dan 'tinggal' di 'rumah' selama mereka bisa, adalah hal yang nyaman untuk dijalani.
Mengkompromikan konsep Ageing in Place dengan kebutuhan anggota keluarga yang lain untuk beraktivitas di luar rumah menjadi pilihan yang masuk akal.
Dan kami ingin agar semua tempat di Indonesia ini punya semacam 'senior day center' yang jadi Rumah Ke-2 untuk warga seniornya. Di situ para Eyang bisa beraktivitas dan bersosialisasi dengan aman dan nyaman di dalam jam kerja, lalu pulang ke rumah untuk kembali berkumpul bersama keluarga di sore dan malam harinya.
Ada suatu Senior Day Center yang sangat ideal di Jakarta, namanya Senior Club Indonesia (SCI). Kami ingin sekali tempat semacam itu ada di seluruh Indonesia suatu saat kelak, tapi mungkin kita harus menunggu agak lama untuk mimpi yang satu ini, karena biaya yang dibutuhkan sangat tinggi kalau mau mengcopy-paste persis seperti ini.
Coba lihat videonya.... http://youtu.be/OP66UHfQ5EE
SCI ini bermula dari kepedulian para pengusaha, yang CSR (Corporate Social Responsibility) -nya dikumpulkan dalam suatu yayasan bernama Indocare, lalu dikelola dengan sangat baik dan efisien.
Mari kita berdo'a agar makin banyak pengusaha yang peduli terhadap warga senior di Indonesia.
Sambil berdo'a, kita memikirkan alternatif berikutnya yuuuk!
Dan tidak ada salahnya kalau kita adopsi ide dari tempat-tempat lain yang sejenis kan?
Monggooooo....
Apakah sekarang ini kita sama sekali tidak punya 'tempat kumpul-kumpul-nya Para Eyang?'. Jangan salah... kita punya Posyandu Lansia atau Karang Wredha di hampir semua tempat di Indonesia. Kami berpikir bahwa ini adalah suatu potensi yang harus dikembangkan.
Yuk kita lihat kondisinya saat ini dan pengembangan apa yang mungkin dilakukan !
1. Kegiatan inti Posyandu Lansia - yang dilaksanakan sekali sebulan - adalah pemeriksaan kesehatan (tekanan darah dan anamnesis terutama). Kadang ada penyuluhan dan olah raga bersama secara rutin juga. Ada 1-2 posyandu yang kadernya punya inisiatif untuk nyanyi karaoke lagu-lagu nostalgia 3 bulan sekali, atau pergi bersama ke Kebun Raya setahun sekali.
Alangkah senangnya kalau kegiatan ini bisa dilakukan setiap hari, sehingga ada aktivitas harian rutin yang ditunggu-tunggu oleh para Eyang. Kegiatannya juga tidak perlu yang mahal atau merepotkan, dan bisa dikreasikan sendiri oleh para Eyang atau anggota keluarganya. Bisa juga minta keluarga menjadi relawan untuk bergantian mendampingi suatu kegiatan (misalnya jalan-jalan ke museum, pengajian, merangkai bunga, masak-masakan, outbound, lomba menciptakan games dan sebagainya).
2. Dijaga keberlangsungannya oleh Kader-Kader Posyandu yang sangat berdedikasi - namun jumlahnya terbatas - di bawah supervisi petugas Puskesmas. Ada yang sudah terlatih untuk mendeteksi secara dini gangguan pada warga senior, tapi sebagian besar belum. Kita juga tidak bisa meminta lebih banyak lagi waktu mereka untuk memikirkan posyandu, karena mereka bekerja tanpa diberi imbalan apapun, dan melakukan kegiatan ini sebagai pengabdian di sela waktu mengurus keluarga masing-masing.
Di Okayama - suatu tempat di Jepang - masalah ini diatasi dengan merekrut volunteer / relawan-relawati. Imbalannya dihitung dalam bentuk token. Misalnya 1 token untuk kegiatan mereka mengantar warga senior ke kantor pos, 1 token untuk menemani warga senior berjalan-jalan, 1 token untuk menemani warga senior kontrol ke RS, 1 token untuk memasakkan makanan bagi warga senior yang tinggal sendirian. Lalu kelak, ketika para relawan-relawati ini beranjak memasuki usia senja, mereka akan mendapat layanan dari relawan-relawati sesuai dengan token yang mereka miliki. Dasar pemikirannya adalah "kalau sekarang aku melayani warga senior dengan baik, maka aku atau keluargaku juga akan dilayani seperti itu, karena semua orang akan menjadi tua"...
Dan di Singapura, menjadi relawan akan memberikan poin lebih bagi seseorang untuk melamar pekerjaan, mengajukan permohonan untuk menerima beasiswa, dan sebagainya.
Cuma ada di luar negeri? Hohohoho...jangan salah! Yayasan Al-Kautsar di Palu sudah memulai model yang mirip, di mana anak-anak muda mendampingi warga seniornya!
3. Biaya dari pemerintah untuk posyandu ini hanya sebatas untuk kebutuhan logistik
(alat tulis dan makanan tambahan berupa bubur kacang hijau). Boro-boro dana untuk memikirkan pengembangan Posyandu, untuk menjaga pelayanan dasarnya saja kadang masih harus nombok..
Kami memikirkan CSR (corporate social responsibility) dari perusahaan apapun - kecuali rokok - untuk membantu pengembangan posyandu lansia yang ideal.
Dan...ternyata ini sudah ada loooh di Indonesia! Ayo..tempat lain juga bisa meniru!
Setidaknya untuk start up - memulai (misalnya memperbaiki tempat yang dipakai untuk berkegiatan, supaya aman bagi warga senior, atau membiayai pelatihan kader, atau membantu mendanai kegiatan sekali seminggu selama setahun pertama).
Lalu selanjutnya, setelah manfaatnya bisa dirasakan oleh 'member'-nya (biar keren kita sebut 'member' yaaa..), kami rasa member tidak akan keberatan untuk berkontribusi Rp. 25.000,- /orang per bulan misalnya, dan kelompok ini berkembang menjadi sebuah 'klub'.
4. Tempat Posyandu Lansia sejauh ini biasanya di Balai Desa, Balai RW, atau teras rumah warga.
Apakah itu lantas boleh menghambat pengembangannya?
Oh....tentu tidak!
Banyaak kemungkinan yang bisa dijajagi. Di tulisan yang akan datang insha Allah kami akan bagikan tentang 'Family of Wisdom', sebuah rumah yang dihibahkan penggunaannya oleh mantan presiden Taipei.
Apakah harus berupa rumah atau gedung tertentu? Tidak juga! Salah satu tempat yang kami lihat di sini adalah kolong jembatan Fuhe di Taipei, di mana warga senior bisa belajar dansa diiringi lagu yang dinyanyikan oleh warga senior lain dengan menggunakan karaoke, sementara yang ingin beristirahat sambil nonton bisa duduk dengan nyaman di bangku kayu yang dipasang menempel di tiang jembatan. Di situ juga ada net untuk main badminton, lalu ada tukang cukur, dekat warung, dan tersedia toilet.
area di bawah Fuhe Bridge, Taipei |
ada yang sekedar jalan kaki |
ada yang dansa, ada yang nyanyi, ada yang nonton aja |
dipasangi net buat main badminton di satu ujung |
ada pasar bunganya di ujung lain tiap weekend |
ada tempat potong rambut di sebelah kanan |
ada pasar tradisional dan pasar loak besar di sebelah kirinya ,
di mana warga senior bisa berbelanja, melihat-lihat sambil ngobrol, atau makan,
dengan toilet yang bersih dan lapangan parkir luas
di belakang pasar ada area untuk jalan kaki atau bersepeda |
aksesnya mudah dan aman buat warga senior
Gimana? jadi tambah semangat kan, untuk bikin Rumah Ke-2 buat warga senior?
Sebentar lagi kita semua juga senior loooooh... ^_*
Tentu ide-ide di atas belum bisa serta merta diaplikasikan di sini,
tapi setidaknya kita bisa comot sana comot sini yang bisa disesuaikan dengan kondisi kita,
dan menyempurnakannya dengan kreativitas kita!
Kapan mulai dipikirkan?
Sekarang!!
Bendera start-nya sudah dikibarkan!
Semangaaaat!!!
2 komentar:
Apa aku dan istri bisa daftarkan diri?
BISA
Posting Komentar