kira-kira bunyinya ' the Family of Wisdom', suatu Rumah ke-2 bagi warga senior di Taipei.
(papan nama itu terbuat dari kayu yang diukir oleh salah satu member berusia 83 tahun)
Ide semacam ini sebetulnya sudah lama kami impikan, tapi selalu kepentok dengan pemikiran 'wah, harus dijalankan oleh tenaga profesional nih - psikolog, occupational therapist, perawat, dokter ... trus harus ada tenaga cleaning service, tukang masak, satpam, sopir....dan harus ada biaya operasional untuk listrik air, telepon, pelihara taman...dan tempatnya harus besar... duitnya dari mana yaaa?'
Itulah sebabnya kami ingin membagikan konsep yang ada di 'the Family of Wisdom' ini...
Di negeri ini, kegiatan semacam Posyandu Lansia yang kita punya juga ada, tapi dilakukannya seminggu sekali, dan dibiayai oleh asuransi. Karena para Ah Ma dan Ah Kong serta keluarganya merasa bahwa mereka butuh lebih banyak aktivitas di siang hari, maka mereka ingin punya suatu tempat untuk itu, di mana mereka bisa 'berada di rumah dan tetap aktif' setiap hari.
Sistem asuransi yang ada di sini belum memungkinkan untuk membiayai Rumah ke-2 semacam ini. Tapi mereka tidak menyerah.
Dibuatlah suatu konsep tentang rumah yang diinginkan, lalu didiskusikan bersama Asosiasi Alzheimer Taiwan, dibuat proposal, dan dicarikanlah link untuk itu.
Dibuatlah penawaran terbuka untuk maksud beliau tersebut. Banyak proposal yang masuk, dan terpilihlah proposal dari Asosiasi Alzheimer Taiwan, karena mereka berhasil meyakinkan bahwa populasi warga senior terus meningkat dan memiliki kebutuhan khusus. Lagipula, model yang ditawarkan ini tampak sangat feasible dan tidak memerlukan banyak biaya, istilahnya 'ndak ngerepoti siapa-siapa'... :D
Disetujuilah penggunaan rumah tersebut untuk masa satu tahun, akan dievaluasi, dan bila bermanfaat boleh diteruskan. Hingga saat ini, rumah tersebut sudah digunakan selama 3 (tiga) tahun, karena manfaatnya ternyata sangat besar.
Dipakainya nama 'Family of Wisdom' bukan tanpa alasan.
Dicita-citakan bahwa semua warga senior yang menjadi member di sini merasa berada di rumah dan menjadi satu keluarga.
Kenapa 'Wisdom'?
Karena semua warga senior membawa kearifan, keahlian, dan pengalamannya masing-masing.
Warga senior yang datang ke sini disebut 'member', lengkapnya adalah 'family member' - karena mereka semua menjadi anggota sebuah keluarga.
Tapi selanjutnya kami sebut 'member' aja yaaa.. biar nulisnya gk kepanjangan :D
Okay, tempat sudah ada, nama juga sudah..
Lalu dari mana uang untuk merenovasi rumah dan mengisinya dengan perabot yang sesuai dengan kebutuhan warga senior?
bisa dibilang seluruh perabot disini 'pre-owned' alias barang bekas :) |
Diumumkanlah program ini kepada masyarakat, dan siapapun yang punya sesuatu untuk disumbangkan dipersilakan menyumbang.
Maka berdatanganlah sumbangan barang dari seluruh penjuru negeri. Banyaaaaak sekali. Lalu dipilihlah yang bisa dimanfaatkan untuk rumah ini. Misalnya kursi tamu , ada 6 (enam) set, yang selanjutnya ditawarkan kepada member, mana yang akan dipakai di ruang tamu. Begitu pula barang-barang lain.
Selebihnya yang tidak terpakai dijual dalam suatu lelang, untuk mendanai renovasi rumah.
DItambah berbagai sumbangan dana yang dicarikan oleh Asosiasi Alzheimer Taiwan, maka dimulailah renovasi rumah ini secara bertahap. Di bawah ini ada beberapa gambar ...
dibuat kebun kecil dengan tanaman yang familier untuk warga senior, dan ketinggian rak yang ergonomis |
lalu untuk menyiasati ketinggian lantai yang berbeda, yang berpotensi 'nyandhungi' para Eyang, dibuatkan papan knock down yang bisa dipasang di situ, sekaligus untuk memudahkan kursi roda melewatinya |
jadinya seperti ini |
Bufet yang kacanya memantulkan cahaya lampu ruang tamu
ditempeli film supaya member tidak silau
Apa yang istimewa dari jam dinding bulat itu?
angkanya besar, diletakkan di tempat yang mudah dilihat,
dan kacanya dilepas supaya tidak menyilaukan
bantuan orientasi waktu dengan kalender yang besar
(dan uniknya, di Taiwan ada fruit calendar, di mana orang bisa mengenali bulan melalui gambar buah yang sedang musim berbuah di sini :D )
kamar mandi dikasih tanda yang jelas
kamar mandi dengan toilet duduk diberi handrail dan bangku untuk mandi
kunci pintu geser kamar mandi dilihat dari sebelah dalam :
kalau ada member yang tidak bisa membuka kunci,
maka pintu bisa digeser sedikit dan orang yang ada di luar bisa membantu membukanya
alat olahraga yang diletakkan berdampingan karena tempatnya sempit,
ternyata malah disukai karena bisa digunakan sambil ngobrol
lompongan yang dimanfaatkan untuk ruang kerja buat yang suka nulis-nulis atau nggambar,
yang lalu karyanya bisa ditempel di dindingnya untuk dinikmati siapa saja
set meja-kursi tamu pilihan member
satu kamar dimodifikasi jadi ruang karaoke : tempat favorit-nya member,
bisa sekaligus dipakai sebagai ruang dansa atau latihan yoga
dekorasi ruang karaoke dengan foto-foto penyanyi lama,
sekaligus untuk reminiscence therapy
walaupun setiap hari ada 20-30 member yang berada di sini,
hanya ada 1 kamar tidur (atau tidur2an) yang disediakan,
karena di rumah ini diharapkan membernya aktif sepanjang hari, sehingga bisa tidur di malam hari
Ruang makan, buat makan dan ngobrol,
makanannya boleh bawa sendiri-sendiri atau patungan trus dimasak bareng,
atau minta tolong orang untuk masak
pinggiran tembok yang tajam dan berpotensi membahayakan member,
diberi bantalan yang empuk tapi tetep cantik
satu kamar dibuat perpustakaan, dilengkapi komputer dengan layar sentuh,
tapi saat ini masih jarang dipakai oleh member karena banyak yang tidak familier dengan penggunaan komputer (mungkin kalau di dekade mendatang akan lebih banyak yang pakai yaaa..:D)
teras kecil di belakang disulap jadi ruang bermain,
di mana mereka suka main mahjong di sini,
dan bahkan dibuatkan uang-uangan dari kertas
(karena dalam budaya mereka, main mahjong harus pakai taruhan :D )
Pertanyaan yang muncul berikutnya pasti
"Membernya bayar berapa tuh sebulan?"
Tenang dulu, Sodara-Sodaraaaaa...
Pertanyaan itu akan terjawab di akhir cerita ini :)
Jadi, setiap hari kerja,
para member berada di tempat ini ,
jam 09.00 - 17.00.
Yang masih mandiri boleh datang sendiri,
tapi yang demensia harus didampingi oleh istri, anak, menantu,
atau caregiver yang memang dibayar untuk itu.
Sementara para member beraktivitas,
caregiver membagi diri untuk melakukan tugas bersih-bersih rumah, belanja, memasak, dan mendampingi para member.
Setelah makan siang bersama,
dan tugas bersih-bersih serta memasak selesai,
maka para caregiver bisa saling berbagi pengalaman,
sambil tetap mendampingi member beraktivitas.,
karena sebisa mungkin tidur siang sangat dibatasi.
Setelah snack sore,
yang juga merupakan bekal dari rumah atau hasil masak-masakan bersama,
member dan caregivernya pulang.
Seringkali ada relawan-relawati - yang juga datang dari kalangan keluarga para member atau diundang oleh para caregiver -
datang ke tempat ini dan mengajak member untuk latihan dansa, latihan yoga, merangkai bunga, bikin handicraft lain,
atau sekedar menemani ngobrol dan nyanyi.
Banyak juga caregiver dari member yang sudah meninggal yang kemudian menjadi relawan di tempat ini, karena mereka merasa sangat terbantu ketika mendampingi proses menjelang kematian yang dialami keluarga mereka di rumah ini.
Kadang ada murid-murid SD atau TK yang datang untuk menghibur member,
atau malah sekedar mendengarkan dongeng dari member.
Ada seorang social worker yang ditugaskan di tempat ini secara paruh waktu oleh pemerintah untuk menjaga keberlangsungan program. Peran social worker ini sekaligus sebagai house manager dan case manager, di mana dia bertugas menghubungkan member dengan layanan kesehatan atau sistem dukungan sosial lain bila diperlukan.
Sejauh ini, manfaat yang sudah diteliti dari tiga tahun perjalanan 'Family of Wisdom' adalah peningkatan emotional-wellbeing dari member,
dan penurunan yang signifikan pada caregiver burden.
Seorang caregiver menceritakan, bahwa biasanya para member ini lebih patuh terhadap anjuran yang diberikan oleh orang lain daripada oleh caregivernya sendiri,
maka di tempat ini para caregiver biasa membantu memberikan anjuran kepada member lain.
Dan untuk caregiver sendiri, kelebihan rumah ini adalah mereka bisa belajar tentang masalah sehari-hari pada warga senior, dan saling tukar pengalaman tentang cara mengatasinya, langsung dari 'tangan pertama'. Ibu yang berada di gambar atas ini merasa bahwa mendampingi suaminya di tempat ini setiap hari benar-benar mengurangi bebannya, karena di rumah sering merasa 'buntu' - dia tidak tahu bagaimana caranya mengajak suaminya berkomunikasi dan beraktivitas.
Pemerintah Taiwan juga mulai melirik model ini untuk diterapkan di seluruh negeri, karena mereka melihat bahwa model ini sangat cost-effective.
Pemerintah hanya perlu mengeluarkan dana untuk menggaji seorang social worker paruh waktu, dan selebihnya menjadi tanggungjawab member beserta keluarganya.
Jadi, berapa seorang member harus membayar untuk layanan ini?
NTD 25 (sekitar Rp. 10.000,-) per hari,
hanya untuk membayar biaya listrik, air, dan pajak rumah.
Ayoooooo... gimanaaaaa?
Jadi semangat kan untuk memulai?
Kami juga !