27 Januari, 2010

Kerang


"SHELL”

Downey House-Glenside Hospital-Adelaide-South Australia

diterjemahkan bebas oleh Widyastuti & Yuniar


(Dari kami, keluarga pasien usia lanjut, kepada semua yang merawat dan memberikan kasih sayangnya selalu bagi mereka)



Saat memunguti kulit kerang di pantai hari ini,

kutemukan pecahan dari sesuatu

- yang dulunya pastilah sebentuk kerang besar

yang indah dan sempurna -

SISA DARI SEBUAH MAHAKARYA






Saat memegangya dengan lembut,

aku berusaha membayangkan pecahan tersebut sebagai sesuatu yang utuh,

"pada saat terbaiknya, sebelum dirusak oleh waktu dan laut yang bergelora,

pastilah ia makhluk yang anggun, contoh terbaik dari spesiesnya"



Teringat aku akan ibuku,

yang sebelum digerogoti usia dan penyakit degeneratif,

adalah salah satu contoh terbaik dari spesies kita..





Kami - keluarga yang mengenang beliau sebagai sosok yang cemerlang, ramah, dan menyenangkan pada saat terbaiknya -

sangat berterimakasih

apabila Anda semua - yang hanya melihat 'pecahan' yang tersisa dari dirinya -

menggenggamnya dengan lembut

sebagai sebuah kulit kerang

yang dulunya amatlah indah..









Pelajaran dari sebuah mangkuk kayu


(Terimakasih untuk kiriman naskah indah ini, kepada Dr. MA Widyastuti,SpKJ dan siapapun yang telah membagikannya)

Seorang kakek yang lemah pindah ke rumah milik anak lelakinya yang bernama John. Di rumah itu tinggal pula istri John - Mary - dan anaknya Tim yang berusia empat tahun. Tangan kakek itu senantiasa gemetaran, pandangannya sudah lamur, dan langkahnya kikuk.

Setiap malam mereka makan bersama di meja makan, namun acara yang seharusnya menyenangkan tersebut selalu terusik karena tangan sang kakek yang gemetaran dan pandangannya yang kabur. Kacang jatuh berhamburan dari sendoknya ke lantai. Bila ia hendak minum, gerakan tangannya yang kikuk membuat susu tertumpah dari gelas dan membasahi taplak meja.

John dan Mary menjadi kesal dengan kekacauan tersebut. "Kita harus melakukan sesuatu agar kejadian ini tak terulang setiap hari", kata John , "Aku bosan dengan segala keributan saat makan malam, dan makanan yang berhamburan di mana-mana". Maka diletakkanlah sebuat meja kecil di sudut ruang makan, dan makanan untuk sang kakek diletakkan di sana. Selama beberapa hari kemudian, sang kakek makan malam dengan diam di meja kecilnya, sementara John dan keluarga menikmati makan malam yang 'normal' di meja makan utama.

Karena beberapa kali sang kakek memecahkan piring atau mangkuk kaca, maka disediakanlah sebuah mangkuk kayu untuk wadah makan malamnya. Ia tetap memakan makanan itu, walau sesekali air mata menetes menuruni pipinya, terutama saat kata-kata tajam dari John atau Mary terdengar bila ia menjatuhkan sendok tanpa sengaja..

Si kecil Tim mengamati segala kejadian ini dalam diam.

Suatu malam John melihat Tim sibuk dengan pisau kecilnya. Ia berusaha mengukir potongan kayu yang ditemukannya di gudang..

"Aku sedang membuat dua buah mangkuk kayu, untukmu dan Mama di saat kalian tua nanti, seperti wadah makanan yang kalian berikan untuk Kakek", Tim menjawab dengan tenang sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban tersebut menyentakkan John & Mary. Pandangan mereka mengabur oleh genangan air yang tiba-tiba membasahi pelupuk mata, sementara mulut mereka terkunci dan lidah terasa kelu.

Selanjutnya mereka memutuskan untuk menyingkirkan meja kecil dan mangkuk kayu dari ruang makan, dan mengajak sang kakek untuk kembali menikmati makan malam bersama seluruh anggota keluarga di meja makan utama. Makanan yang berhamburan atau tumpahan susu tidak lagi menjadi masalah, bahkan kadang menjadi bahan candaan yang menghangatkan suasana makan malam mereka.

Banyak hal bisa dipelajari dari sini:

  • Bagaimanapun hubungan kita dengan orang tua kita, kita akan merindukan mereka bila mereka sudah tiada kelak. Maka janganlah kita melewatkan kesempatan apapun yang ada untuk dinikmati bersama mereka.
  • Jika kita mengejar kebahagiaan, maka ia akan menjauh. Namun bila kita memfokuskan perhatian pada keluarga, teman, kebutuhan orang lain, dan sebagainya, serta melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan, maka kebahagiaan akan menghampiri kita.
  • Pengamatan seorang anak akan perilaku orangtuanya sehari-hari dapat terpatri dalam benaknya, dan menjadi tauladannya dengan pemahaman yang sangat naif. Marilah kita lebih berhati-hati..
  • Sentuhlah seseorang dengan cinta setiap saat...

Masih banyak lagi yang dapat dipelajari,

dan pelajaran terbesarnya adalah:

KITA DAPAT BELAJAR SETIAP SAAT DALAM HIDUP KITA,

DARI KEJADIAN APAPUN,

DARI SIAPAPUN,

DARI BENDA APAPUN..

i



23 Januari, 2010

Kirimkan pesan cinta untuk diri sendiri



Banyak sekali lagu bertemakan cinta antar insan. Berbagai ungkapan puitis ("..love me tender,love me sweet.."), mengharu biru ("cinta, jangan kau pergi, jangan tinggalkan diriku sendiri..."), realistis dan agak egois ("please release me,let me go...for I don't love you anymore.."), dan masih banyak lagi jenisnya, menggelitik pendengaran kita dari waktu ke waktu.
Di antara begitu banyak tembang cantik tentang cinta, hanya satu yang berbicara tentang cinta kepada diri sendiri, yaitu "Greatest Love of All". Liriknya begitu indah dan sekaligus menyimpan makna terdalam tentang cinta: "Learning to love yourself, is the greatest love of all" (belajar mencintai dirimu sendiri, adalah cinta yang ter-agung di antara segalanya).

Kita seringkali lupa - atau bahkan tidak pernah ingat - bahwa jiwa dan raga kita ini diciptakan untuk dijaga dan dicintai, sehingga dapat menjalankan tugas yang diberikan oleh-Nya. Kita bekerja hingga larut malam untuk memperoleh harta. Kita makan segala jenis makanan yang dapat terbeli dengan uang kita, tanpa peduli kandungan bahan berbahaya yang ada di dalamnya. Kita mengutuki diri bila tak berhasil mencapai target yang diharapkan. Kita menambah musuh dengan memarahi anak buah yang tidak bekerja dengan baik. Kita melupakan hobi memancing yang memberikan ketenangan di sela kesibukan kita... Masih banyak lagi...dan akhirnya kita terjatuh dalam kelelahan fisik dan mental yang sangat berat, digerogoti berbagai macam penyakit, tak lagi produktif, dan bahkan menjadi tergantung kepada perawatan dari orang lain.
Mulailah kirimkan pesan cinta kepada diri sendiri sejak saat ini!
  • Memakan makanan sesuai kebutuhan,
  • Olah raga teratur,
  • Menikmati waktu luang tanpa memikirkan target-target,
  • Memuji diri sendiri untuk setiap keberhasilan yang kita raih,
  • Belajar mengkomunikasikan keinginan tanpa menyakiti sesama,
  • Melatih kemampuan diri dengan cara yang menyenangkan,
  • Tertawa,
  • Saling berkunjung,
  • Dan masih banyak lagi..
Semua di atas adalah cara kita mengirim pesan ke alam bawah sadar, bahwa diri kita begitu berharga, dan patut dicintai..

22 Januari, 2010

Kekuatan kita sering tak terduga!




(gambar diambil dari Jawa Pos, 21 Januari 2010)






Apakah sebelumnya ibu sepuh ini pernah membayangkan bakal berhasil memancing sesuatu sebesar ini?
Tentu tidak bukan?
Bisa jadi beratnya tarikan ikan tersebut terhadap tubuh renta ibu ini menyadarkannya bahwa jauh di dalam raganya tersimpan energi yang begitu besar....
Demikian pula yang terjadi pada diri kita : acapkali kita merasa tak mampu menghadapi sesuatu, dan itu membuat kita tak mau berusaha untuk berbuat apa-apa....
Sayang sekali bukan, bahwa tanpa sadar, kita sering menyia-nyiakan nikmat kesehatan dan kekuatan yang dianugerahkan-Nya buat kita..

21 Januari, 2010

“Nabung Memori” yuk!


Cucu: “Sudah makan Nek?”

Nenek: “Belum!”

Cucu: “Bu..Nenek belum makan?”

Ibu: “Loh, barusan kan sudah makan Nek? Piringnya baruuu aja diberesin..”

Nenek: “Belum!!! Orang sudah tua gini kok gak diurusi!!! Anak macam apa kau ini!!!”

Selanjutnya sang cucu bingung, sang nenek marah, dan sang ibu sedih….

Kejadian semacam ini terjadi berulang kali pada keluarga yang masih berkesempatan didampingi oleh nenek tersebut. Ibu yang berusaha melayani nenek dengan sepenuh hati lama-kelamaan jadi lelah secara fisik dan mental. Lelah fisik karena banyak sekali keinginan nenek yang harus dipenuhi sepanjang hari di samping pekerjaan rumah tangga yang tak boleh pula dilalaikan. Lelah mental karena merasa jerih payahnya tak dihargai, masih ditambah rasa malu yang harus ditanggungnya bila sang nenek mulai berteriak-teriak memaki-maki sehingga terdengar ke seluruh penjuru kampung.

Gangguan daya ingat jangka pendek adalah tanda yang khas pada penyandang kepikunan (demensia). Tak dapat mengingat lagi apa yang terjadi beberapa menit sebelumnya, membuat sang nenek marah-marah sepanjang hari. Gangguan irama tidur yang seperti kelelawar – tidur sedikit di siang hari, dan terjaga sepanjang malam –menambah rumit persoalan, dan membuatnya jatuh sakit karena kelelahan (exhausted).

Seluruh anggota keluarga yang mencintai nenek ini dan berusaha membuatnya senang selalu, akhirnya juga mengalami burnout, terkuras seluruh energi fisik dan mentalnya, sehingga akhirnya tak lagi dapat memberikan pendampingan yang ideal buat sang nenek…bagaimana bisa mendampingi seorang lanjut usia, kalau kita sendiri sudah tak mampu menahan marah mendengar makiannya yang nyaring setiap saat?...

Yang sangat perlu diketahui : daya ingat jangka panjang mengkristal pada penyandang kepikunan. Memori-memori yang berasal jauh dari masa kanak dan remaja tetap tersimpan dengan rapi dan nyaris tak tergerus oleh waktu. Itu sebabnya banyak penyandang kepikunan yang berperilaku seperti kanak-kanak, atau tetap mengenakan seragam kerja setiap pagi walaupun sudah pensiun beberapa tahun sebelumnya.

So…yuk nabung memori selagi masih mampu, biar di usia lanjut kelak kita tinggal memetik bunganya!

Senam otak, menghafalkan lirik lagu atau ayat-ayat kitab suci, olah raga yang menyenangkan, menjalin banyak relasi sosial, main puzzle, isi teka-teki silang, hafalkan ultah teman, hafalkan nomor rekening kita, main Sudoku...

… temukan berbagai cara yang asyik buat memenuhi pundi-pundi memori kita!




20 Januari, 2010

Tetaplah kemilau di usia senja


Waktu tak pernah berhenti bergerak...


Ia membawa pergi semua tanda kemudaan manusia.

Hitamnya rambut pasti memudar,
padatnya tulang pasti mengeropos,

tajamnya pendengaran pasti akan berkurang, gigi geligi yang kuat pasti akan goyang, penglihatan akan menjadi lamur pada waktunya,
langkah kaki akan tertatih,

daya ingat pasti mengabur..

Namun jangan risau,
karena usia membawa kekuatan lain,
kearifan,

hubungan sosial yang luas,

rasa hormat dari anak cucu,
akan membuat kita tetap kemilau di usia senja,

seperti indahnya mentari yang tak pudar di penghujung hari...

Usia lanjut di panti wredha : masihkah tabu?


(Curahan hati seorang ibu berusia lanjut, dibagikan di blog ini untuk kita renungkan..)

Saat semua yang kucintai - anak, pasangan, cucu, adik, orang tua - tak lagi dapat tinggal bersamaku, anganku berkelana mencari suatu tempat yang nyaman..
...di mana usia penghuninya sebaya,
...di mana lagu-lagu oldies yang dimainkan dapat dinikmati bersama,

...di mana kenangan tentang sebuah gedung bioskop tua dapat dibagi bersama,

...di mana kepikunan tak menjadi bahan cemooh,

...di mana pengetahuan akan teknologi canggih tak menjadi kebutuhan utama,

...di mana keheningan terasa sebagai alunan musik yang menenangkan,

...di mana makanan yang tersedia sesuai untuk gigi geligi yang tak lagi lengkap,

... di mana semua fasilitas disesuaikan dengan kondisi fisik penghuninya,

..lalu terpikir suatu tempat: panti wredha!


Segera kutelepon anakku yang berada beratus kilometer jauhnya, untuk menceriterakan ide ini dengan antusias.

Namun jawabannya diungkapkan dengan kengerian luar biasa:
"Apa???? .... Panti Wredha? Ibu ingin membuat semua orang berpikir bahwa aku anak durhaka yang membuang ibunya yang sudah jompo? Jangan pernah ceritakan lagi ide itu kepadaku, Bu!"

Aku jadi bingung,
apa yang salah dengan keinginan seorang usia lanjut untuk tinggal di panti wredha?
Itu keinginanku, aku tahu tempat itu sesuai untukku, karena aku memahami diriku, jauh melebihi pemahaman orang lain tentang diriku.

Lidahku kelu, hanya mampu berbisik dalam hati,

"Setidaknya, biarkan aku mencobanya Nak.. Ketidakmengertian semacam inilah yang sering mengacaukan hubungan kita akhir-akhir ini, dan itu membuatku lelah..
Aku ingin kita menikmati dengan tenteram apa yang sesuai dengan diri kita masing-masing, lalu sesekali bertemu dengan suasana hati yang sejuk dalam keterbatasan waktumu yang cuma sedikit itu..
Aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini, aku hanya perlu suatu tempat untuk membuatku tenang.."